*****
Dahulu kala di negeri Korea hiduplah seorang petani yang miskin.
Ia tinggal di sebuah dusun yang terletak di lereng sebuah gunung yang tinggi.
Petani itu mempunyai seorang puteri yang bernama Bok-Sury. Istrinya telah lama meninggal.
Bok-Sury adalah seorang gadis yang rajin dan pemberani. Ia sangat menyayangi
ayahnya.
Suatu hari ketika Bok-Sury memasak di dapur, seekor katak
melompat-lompat masuk. Katak itu duduk dekat kakinya. Tiba-tiba katak itu
berkata, “Bok-Sury berikanlah aku nasi
sedikit. Perutku lapat sekali”.
Sang Katak |
Bok-Sury sangat terkejut mendengar katak itu dapat berbicara.
Tapi karena ia seorang gadis yang pemberani, maka diberikannya nasi sedikit
pada katak itu. Dengan lahapnya katak itu memakan nasi pemberiannya. Katak itu
kembali berkata, “Terima kasih Bok-Sury!
Sekarang biarkanlah aku tinggal di pojok dapurmu. Aku tak mempunyai keluarga,
dan lagi pula aku senang tinggal di dekatmu.”
Sang katak yang tumbuh jadi besar |
Bok-Sury tidak mengusir katak itu. Ia pun merasa kesepian, katak
itu dapat dijadikan teman bicaranya. Setiap hari bila Bok-Sury masak,
disisakannya sedikit untuk katak itu. Tak seorang pun tahu tentang si katak.
Ayahnya pun tak tahu. Karena tak bergerak-gerak maka tumbuhlah katak itu
menjadi besar sekali. Bila orang melihat akan disangkanya katak itu seekor
anjing.
Suatu ketika ayah Bok-Sury jatuh sakit. Badannya semakin kurus,
mukanya pucat. Bok-Sury berusaha keras untuk menyembuhkan ayahnya, tapi ia tak
berhasil. Ada seorang tabib yang tinggal jauh sekali dari dusun mereka. Karena
Bok-Sury sangat menyayangi ayahnya, ia pergi juga menjemput tabib itu.
Setelah memeriksanya, tabib itu berkata, “Bok-Sury, ayahmu sakit keras. Aku tak kuasa menyembuhkannya. Ada
sebuah obat yang dapat menyembuhkan yaitu Ginseng. Tapi obat itu mahal sekali.”
Bok Sury merasa sedih sekali mendengar keterangan tabib. Ia tak
punya uang dan tak dapat meninggalkan ayahnya untuk bekerja.
Sementara itu, di sebuah dusun di lereng gunung yang sama,
rakyat sedang gelisah. Di sana terdapat istana tua yang dihuni oleh mahluk raksasa.
Setiap tahun rakyat harus mengorbankan seorang manusia. Orang yang dijadikan
mangsa itu diletakkan di atas sebuah altar di dalam istana.
Bila keesokan harinya rakyat melihat orang itu sudah tidak ada,
maka itu tandanya mereka akan selamat dari amukan mahluk raksasa selama
setahun. Sudah banyak yang menjadi korban. Sekarang rakyat sedang kebingungan.
Mereka tidak mempunyai korban buat si mahluk raksasa. Akhirnya rakyat
mengumpulkan uang. Uang yang banyak itu akan diberikan kepada siapa saja yang
mau dijadikan korban.
Bok-Sury mendengar sayembara itu. Segera diputuskannya untuk
menjadikan dirinya korban buat si mahluk raksasa. Ia pergi ke dusun itu dan
mendapatkan uang. Dengan uang yang banyak, Bok-Sury pergi membeli ginseng.
Betapa sukacitanya, ia ketika dilihatnya ayah tercinta
berangsur-angsur sembuh. Bahkan dalam waktu beberapa hari saja ayahnya dapat
berdiri dan berjalan. Tapi kegembiraan Bok-Sury tak dapat berlangsung lama.
Hari yang ditentukan tiba juga. Bok-Sury masak agak banyak untuk ayahnya.
Kepada ayahnya ia berkata, “Ayah,
aku akan bertandang ke rumah teman, mungkin agak lama. Ayah makanlah dahulu,
sudah kusiapkan.”
Ayah Bok-Sury tak menaruh curiga, karena Bok-Sury sering pergi
untuk menolong salah satu tetangganya. Bok-Sury teringat pada kataknya. Ia
pergi ke dapur, ternyata sang katak sudah mengetahui rencana Bok-Sury. Katak
itu menangis. Bok-Sury dengan lemah lembut membelai kepala katak itu sambil
berkata, “Wahai sahabatku yang setia.
Hari ini adalah hari terakhir kita bercakap-cakap. Jangan sedih, dan jagalah
dirimu baik-baik.”
Bok-Sury sesampainya di dusun tempat mahluk raksasa itu berada,
langsung dibawa ke istana tua. Ia diletakkan di atas altar persembahan. Suasana
sunyi untuk beberapa saat. Bok-Sury memperhatikan keadaan disekelilingnya.
Tiba-tiba dilihatnya katak yang dipeliharanya duduk di pojok ruangan.
Katak itu memandangnya dengan bola mata yang bersinar-sinar.
Tiba-tiba katak itu membuka mulutnya. Dari mulutnya keluar segulung asap
berwarna kuning. Asap itu naik ke atas. Tiba-tiba dari atap rumah keluar
segulung asap berwarna biru. Asap kuning dari sang katak berusaha menekan asap
biru tadi. Terjadi dorong-mendorong antara kedua asap itu. Tapi lihat, asap
kuning itu akhirnya berhasil menggulung asap biru itu. Bersamaan dengan itu
bumi seakan bergetar.
Keesokan harinya orang-orang mendatangi istana. Mereka
mendapatkan Bok-Sury pingsan di dekat bangkai seekor katak raksasa. Bok-Sury
selamat dan dapat kembali ke ayahnya. Ia dianugrahkan uang dan benda-benda
berharga lainnya oleh penduduk dusun yang berhasil dibebaskan dari mahluk
raksasa.
Bok-Sury membawa pulang bangkai raksasa itu. Ia menguburnya
dengan khidmat. Bok-Sury hidup bahagia bersama ayahnya.
*****
Setiap perbuatan baik
kita pasti akan mendapatkan balasan yang baik pula. Kesayangan seorang anak
kepada orang tuanya hingga rela mengorbankan diri untuk kesembuhan orang
tuanya. Niat yang baik pasti akan diberikan jalan yang terbaik oleh Allah. Dan pengorbanan
seorang sahabat yang punya hutang budii hingga rela mati demi sahabat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar