Dalam masyarakat umum sudah biasa kita
dapati orang meniup makanan atau minumannya yang lagi panas agar mereka bisa segera
menyantapnya atau menikmatinya. Alasan lainnya agar gigi tidak mudah rusak
karena makanan/minuman panas. Apalagi kalo sedang diburu waktu, pasti akan
lebih cepat lagi untuk menghabiskan makanan tersebut. Kita semua tahu kalau hal
itu tidak baik, tapi karena suatu keadaan jadinya ya sah2 saja.
Dalam islam untuk segala hal ada
aturannya atau pedomannya. Begitupun dalam hal menyantap makanan. Ada aturan
dan ada larangan yang telah jelas di jelaskan dalam Al-Quran dan Hadits. Salah satu
larangan adalah menium makanan & minuman yang masih dalam keadaan panas.
Dengan perkembangan IPTEK sekarang
yang begitu cepat, hal tersebut dapat pula dibuktikan secara ilmiah. Jati,
hadits Rasulullah tidak semata-mata hanya larangan yang tidak jelas, tetapi bisa
dibuktikan secara ilmiah kalau memang hal tersebut tidak baik.
Untuk itu akan kita bahas larangan
tersebut dari sudut pandang hadits dan ilmiah.
Penjelasan Larangan Meniup
Makanan/Minuman Saat Panas Menurut Hadits
Terdapat beberapa hadis yang menunjukkan larangan meniup makanan
atau minuman. Diantaranya,
§ Hadis dari Abu Qatadah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا شَرِبَ أَحَدُكُمْ فَلاَ يَتَنَفَّسْ فِي الإِنَاءِ، وَإِذَا أَتَى الخَلاَءَ فَلاَ يَمَسَّ ذَكَرَهُ بِيَمِينِهِ…
Apabila kalian minum, janganlah bernafas di dalam gelas, dan
ketika buang hajat, janganlah menyentuh kemaluan dengan tangan kanan… (HR. Bukhari 153).
§ Hadis dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma,
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى أَنْ يُتَنَفَّسَ فِي الإِنَاءِ أَوْ يُنْفَخَ فِيهِ
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang bernafas di
dalam gelas atau meniup isi gelas. (HR. Ahmad 1907, Turmudzi 1888, dan
dishahihkan Syuaib Al-Arnauth).
§ An-Nawawi mengatakan,
والنهي عن التنفس في الإناء هو من طريق الأدب مخافة من تقذيره ونتنه وسقوط شئ من الفم والأنف فيه ونحو ذلك
Larangan bernafas di
dalam gelas ketika minum termasuk adab. Karena dikhawatirkan akan mengotori air
minum atau ada sesuatu yang jatuh dari mulut atau dari hidung atau semacamnya. (Syarh Shahih Muslim, 3/160)
§ Hal yang sama juga disampaikan Ibnul Qoyim,
وأما النفخ في الشراب فإنه يكسبه من فم النافخ رائحة كريهة يعاف لأجلها ولا سيما إن كان متغير الفم وبالجملة : فأنفاس النافخ تخالطه ولهذا جمع رسول الله صلى الله عليه و سلم بين النهي عن التنفس في الإناء والنفخ فيه
Meniup minuman bisa
menyebabkan air itu terkena bau yang tidak sedap dari mulup orang yang meniups.
Sehingga membuat air itu menjijikkan untuk diminum. Terutama ketika terjadi bau
mulut. Kesimpulannya, nafas orang yang meniup akan bercampur dengan minuman
itu. Karena itulah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menggabungkan
larangan bernafas di dalam gelas dengan meniup isi gelas. (Zadul Ma’ad, 4/215).
§ Dalam Hadits Ibnu Abbas menuturkan “Bahwasanya Nabi
Shallallaahu alaihi wa Salam melarang bernafas pada bejana minuman atau
meniupnya”. (HR. At Turmudzi dan dishahihkan oleh Al-Albani).
§ Dari Asma binti Abu Bakr, sesunguhnya
beliau jika beliau membuat roti tsarid wadahnya beliau ditutupi sampai panasnya
hilang kemudian beliau mengatakan, aku mendengar Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya makanan yang sudah tidak panas
itu lebih besar berkahnya”. [HR Hakim no 7124. Hakim mengatakan, “Hadits
sahih sesuai dengan kriteria Muslim”. Pernyataasn beliau ini disetujui oleh
adz Dzahabi. Hadits di atas dimasukkan oleh al Albani dalam Silsilah Shahihah
jilid 1 bag 2 no hadits 392].
§ Dalam Silsilah
Shahihah jilid 1 bag 2 hal 748, al Albani mengatakan, “Terdapat riwayat yang
sahih dari Abu Hurairah, beliau mengatakan “Makanan itu belum boleh dinikmati
sehingga asap panasnya hilang”. Diriwayatkan oleh al Baihaqi dengan sanad
yang sahih sebagaimana kujelaskan dalam Irwa’ Ghalil no 2038”.
Dari beberapa hadits di atas jelas menyatakan bahwa meniup
makanan panas dan memakan makanan panas tidak dianjurkan oleh Rosulullah SAW.
Penjelasan Larangan Meniup
Makanan/Minuman Saat Panas Menurut Ilmiah
Ø
Asam Karbonat
Semua yang telah mengenyam bangku sekolah
pasti memahami, manusia bernapas menghirup oksigen atau O2, dan menghembuskan
karbondioksida atau CO2. Ketika kita meniup makanan, tentunya yang kita
keluarkan adalah gas CO2. Sementara itu makanan panas tadi masih mengeluarkan uap
air (H2O). Menurut reaksi kimia, apabila uap air bereaksi dengan karbondioksida
akan membentuk senyawa asam karbonat (carbonic
acid) yang bersifat asam.
H2O + CO2 è H2CO3
Perlu kita tahu bahwa didalam darah itu
terdapat H2CO3 yang berguna untuk mengatur pH (tingkat keasaman) di dalam
darah. Darah adalah Buffer (larutan yang dapat mempertahankan pH) dengan asam
lemahnya berupa H2CO3 dan dengan basa konjugasinya berupa HCO3- sehingga darah
memiliki pH sebesar 7,35 – 7,45 dengan reaksi sebagai berikut:
CO2 + H2O è HCO3-
+ H+
Tubuh menggunakan penyangga pH (buffer) dalam
darah sebagai pelindung terhadap perubahan yang terjadi secara tiba-tiba dalam
pH darah. Adanya kelainan pada mekanisme pengendalian pH tersebut, bisa
menyebabkan salah satu dari 2 kelainan utama dalam keseimbangan asam basa,
yaitu asidosis atau alkalosis.
Asidosis adalah suatu keadaan dimana darah terlalu banyak mengandung
asam dan sering menyebabkan menurunnya pH darah.
Sedangkan Alkalosis adalah suatu keadaan
dimana darah terlalu banyak mengandung basa dan kadang menyebabkan meningkatnya
pH darah.
Kembali lagi ke permasalahan awal, dimana
makanan kita tiup, lalu karbondioksida dari mulut kita akan berikatan dengan
uap air dari makanan dan menghasilkan asam karbonat yang akan mempengaruhi
tingkat keasaman dalam darah kita sehingga akan menyebabkan suatu keadaan
dimana darah kita akan menjadi lebih asam dari seharusnya sehingga pH dalam
darah menurun, keadaan ini lebih dikenal dengan istilah asidosis.
Seiring dengan menurunnya pH darah, pernafasan
menjadi lebih dalam dan lebih cepat sebagai usaha tubuh untuk menurunkan
kelebihan asam dalam darah dengan cara menurunkan jumlah karbon dioksida.
Pada akhirnya, ginjal juga berusaha
mengkompensasi keadaan tersebut dengan cara mengeluarkan lebih banyak asam
dalam air kemih.Tetapi kedua mekanisme tersebut tidak akan berguna jika tubuh
terus menerus menghasilkan terlalu banyak asam, sehingga terjadi asidosis
berat. Sejalan dengan memburuknya asidosis, penderita mulai merasakan kelelahan
yang luar biasa, rasa mengantuk, semakin mual dan mengalami kebingungan. Bila
asidosis semakin memburuk, tekanan darah dapat turun, menyebabkan syok, koma
dan bahkan kematian.
Meskipun banyak yang mengatakan bahwa asam
karbonat yang dihasilkan dari hasil tiupan terhadap makanan dan minuman
memiliki pengaruh yang sangat kecil pada kesehatan tubuh, bukankah lebih baik
kalau kita berusaha menghindarinya? Mencegah tentu lebih baik dari pada
mengobati bukan?
Ø
Helicobacter Pylori (H. Pylori)
Bakteri H. Pylori juga memegang peranan
penting pada pernyataan bahayanya meniup makanan atau minuman yang masih panas.
Bakteri
H. Pylori adalah bakteri yang menyebabkan gangguan lambung mulai dari
luka kecil hingga membesar menjadi tukak lambung. Yang mengerikan lagi, bakteri
ini dapat dengan mudah menyebar melalui pernafasan. Tentu gangguan lambung
adalah penyakit yang sosialis, siapapun bisa terjangkit. Akan sangat bahaya
sekali jika seseorang yang memiliki gangguan lambung atau secara tak sadar
memiliki gangguan lambung meniup makanan atau minuman yang akan disajikan pada
tamu atau pada anaknya. Bakteri itu nantinya akan berpindah dan mengontaminasi
makanan atau minuman tersebut dan akhirnya masuk pada tubuh orang lain.
Ø
Mikroorganisme
Pernafasan adalah salah satu jalan keluar bagi
mikroorganisme, virus dan bakteri untuk menyebar dan menularkan pada manusia
lainnya. Tak hanya asam karbonat dan bakter H. Pylori saja yang bisa menular
dan menyebar dengan tiupan, tetapi jenis bakteri dan virus lainnya juga bisa
menyebar. Sebut saja virus TBC, virus berbahaya yang terkadang tak disadari
oleh seseorang yang mengidapnya yang akan dengan mudah menular melalaui droplet
dan pernafasan yang intens. Sedangkan makanan atau minuman adalah sesuatu yang
jelas akan masuk kedalam tubuh kita, diserap apa saja yang terkandung
didalamnya termasuk nutrisi dan bakteri yang terkandung didalamnya.
Ø
Kotoran
Kotoran disini diartikan sebagai kotoran yang
berada di mulut. Mulut adalah tempat kita menghaluskan semua makanan yang juga
dicampur dengan berbagai enzim untuk membantu menghancurkan makanan. Makanan yang
hancur tak seluruhnya akan masuk kedalam lambung, pastinya ada sisa makanan
yang terselip disela-sela gigi atau menempel di dinding-dinding mulut. Tentunya
hal itu berhubungan dengan adab menyajikan makanan pada tamu atau orang lain
yang sangat tidak sopan jika kita meniupnya. Belum lagi bakteri yang dengan
mudah berpindah dari mulut kita kedalam makanan hanya karena tiupan kita.
Dari penjelasan diatas tentunya sudah jelas
mengapa meniup makanan atau minuman yang panas sangat tidak dianjurkan. Yang cukup
dikhawatirkan adalah jika makanan atau minuman yang ditiup itu diperuntukan
bukan untuk orang dewasa yang notabene sudah memiliki kekebalan tubuh maksimal.
Melainkan diberikan kepada bayi atau balita yang dimaksudkan karena si bayi
tidak bisa meniup makanannya sendiri. Bayi dan balita masih berada dalam usia
yang rentan terkena penyakit. Sedikit saja ada kontaminasi asam karbonat atau
bakteri lain pasti langsung direspon tubuh dengan gejala-gejala tak normal
seperti diare, demam, muntah atau yang lain sebagainya.
Memang benar fungsi utama dari makanan adalah
untuk mengenyangkan dan minuman untuk mengobati kehausan. Tetapi, kalau hanya
kenyang dan tidak haus lagi yang kita dapatkan maka akan membuat kita kurang
bersyukur. Kurang bias menikmati bagaimana cita rasa makanan/minuman, bagaimana
prosesnya, dan pesan yang ada. Misalnya saja, saat kita buka puasa pertama
kali, kalau langsung minum/makan banyak maka yang kita dapatkan hanya Kenyang. Kalau
terlalu kenyang juga akan menjadikan kita malas untuk melakukan kegiatan lain. Dan
kita hanya akan mendapatkan kesegaran air saja tanpa bias menikmati citarasanya
dengan baik. Tetapi, jika kita bias menikmati tegukan air pertama yang kita
minum, sungguh betapa luar biasa kenikmatan yang Allah berikan. Kenikmatan air
putih saat tegukan pertama berbuka puasa akan mengalahkan kenikmatan minuman
berasa yang kita minum saat bersantai. Lepas dari itu semua memang sebenarnya
manusia hidup dikodratkan untuk sabar dan menikmati kenikmatan yang ada bukan
dengan terburu-buru. Dengan begitu kita akan lebih bisa menryukuri kenikmatan
yang diberikan Allah kepada kita.
Semua tulisan di atas novi dapatkan dari hasil
membaca beberapa sumber dan sedikit dari pengetahuan yang novi miliki. Semoga bias
bermanfaat.
Sekian dulu ceritanya, kita sambung dengan
cerita lain yang tidak kalah pentingnya.
Dadadahhhh …… ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar