Jumat, 20 Februari 2015

Kancil Dan Buaya




*****
Pada zaman dahulu Sang Kancil merupakan binatang yang paling cerdik di dalam hutan. Banyak binatang-binatang di dalam hutan datang kepadanya untuk meminta pertolongan apabila mereka menghadapi masalah. Walaupun ia menjadi tempat tumpuan binatang- binatang di dalam hutan, tetapi ia tidak menunjukkan sikap yang sombong malah sedia membantu kapan saja.

Suatu hari Sang Kancil berjalan-jalan di dalam hutan untuk mencari makanan. Kerana makanan di sekitar kawasan kediaman telah berkurangan, Sang Kancil berencana untuk mencari di luar kawasan kediamannya. Cuaca pada hari tersebut sangat panas, menyebabkan Sang Kancil berasa haus kerana terlalu lama berjalan, lalu ia berusaha mencari sungai yang dekat. Setelah berkeliling hutan akhirnya kancil bertemu dengan sebuah sungai yang sangat jernih airnya. Tanpa membuang waktu Sang Kancil terus minum dengan sepuas-puasnya. Kesejukan air sungai tersebut telah menghilangkan rasa haus Sang Kancil.

Kancil terus berjalan-jalan menyusuri tebing sungai, apabila terasa penat ia beristirahat sebentar di bawah pohon beringin yang sangat rendang di sekitar kawasan tersebut.

Kancil berkata didalam hatinya “Aku mesti bersabar jika ingin mendapat makanan yang lezat-lezat”.

Setelah kepenatannya hilang, Sang Kancil menyusuri tebing sungai tersebut sambil memakan dedaun kegemarannya yang terdapat disekitarnya. Apabila tiba di satu kawasan yang agak lapang, Sang Kancil melihat kebun buah-buahan yang sedang masak ranum di seberang sungai.

“Alangkah enaknya jika aku dapat menyeberangi sungai ini dan dapat menikmati buah-buahan tersebut” fikir Sang Kancil.

Sang Kancil terus berfikir mencari akal bagaimana untuk menyeberangi sungai yang sangat dalam lagi deras arusnya. Tiba-tiba Sang Kacil melihat Sang Buaya yang sedang asyik berjemur di tebing sungai. Sudah menjadi kebiasaan buaya apabila hari panas ia suka berjemur untuk mendapat cahaya matahari.

Tanpa berlengah-lengah lagi kancil terus menghampiri buaya yang sedang berjemur lalu berkata “Hai sabahatku Sang Buaya, apa kabar kamu pada hari ini?”.

Buaya yang sedang asyik menikmati cahaya matahari terus membuka mata dan didapati sang kancil yang menegurnya tadi, “Kabar baik sahabatku Sang Kancil”.

Sambung buaya lagi “Apakah yang menyebabkan kamu datang ke mari?”

Jawab Sang Kancil “Aku membawa kabar gembira untuk kamu”.

Mendengar kata-kata Sang Kacil, Sang Buaya tidak sabar lagi ingin mendengar kabar yang dibawa oleh Sang Kancil lalu berkata “Ceritakan kepada ku apakah yang engkau hendak sampaikan”.

Kancil berkata “Aku diperintahkan oleh Raja Sulaiman supaya menghitung jumlah buaya yang terdapat di dalam sungai ini kerana Raja Sulaiman ingin memberi hadiah kepada kamu semua”.

Mendengar nama Raja Sulaiman saja sudah menggerunkan semua binatang karena Nabi Sulaiman telah diberi kebesaran oleh Allah untuk memerintah semua makhluk di muka bumi ini.

“Baiklah, kamu tunggu di sini, aku akan turun kedasar sungai untuk memanggil semua kawan aku” kata Sang Buaya. Sementara itu Sang Kancil sudah berangan-angan untuk menikmati buah-buahan.

Tidak lama kemudian semua buaya yang berada di dasar sungai berkumpul di tebing sungai.

Sang Kancil berkata “Hai buaya sekelian, aku telah diperintahkan oleh Nabi Sulaiman supaya menghitung jumlah kamu semua kerana Nabi Sulaiman akan memberi hadiah yang istimewa pada hari ini”.

Kata kancil lagi “Berjejerlah kamu melintasi sungai berawal dari tebing sebelah sini sehingga ke tebing sebelah sana”.

Kerana perintah tersebut adalah datangnya dari Nabi Sulaiman, semua buaya segera berjejer tanpa membantah.

Kata Buaya tadi “Sekarang hitunglah, kami sudah bersedia”.

Sang Kancil mengambil sepotong kayu yang berada di situ lalu melompat ke atas buaya yang pertama di tepi sungai dan ia mula menghitung dengan menyebut  “Satu dua tiga lekuk, jantan betina aku ketuk” sambil mengetuk kepala buaya begitulah sehingga kancil berhasil menyeberangi sungai.

Apabila sampai ditebing sana kancil terus melompat ke atas tebing sungai sambil bersorak kegembiraan dan berkata, “Hai buaya-buaya sekalian, tahukah kamu bahwa aku telah menipu kamu semua dan tidak ada hadiah yang akan diberikan oleh Nabi Sulaiman”.

Mendengar kata-kata Sang Kancil semua buaya berasa marah dan malu kerana mereka telah di tipu oleh kancil. Mereka bersumpah dan tidak akan melepaskan Sang Kancil apabila bertemu pada masa akan datang. Dendam buaya tersebut terus membara sehingga hari ini.

Sementara itu Sang Kancil terus melompat kegembiraan dan terus meniggalkan buaya-buaya tersebut dan terus menghilangkan diri di dalam kebun buah-buahan untuk menikmati buah-buahan yang sedang masak ranum itu.

*****

Jangan memanfaatkan nama orang yang berpengaruh atau berwibawa untuk kepentingan pribadi. Jangan suka berbohong dengan orang lain sehingga menimbulkan dendam pada seseorang. Dan jangan mempunyai sifat pendendam, karena kita akan jauh dari Rahmat Allah dan tidak dapat menikmati anugerag Allah yang begitu nikmat ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar