Sang Lutung |
*****
Seekor lutung (kera
hitam) berjalan terseok-seok di pasir. Akibat jatuh dari pohon, tubuhnya
menjadi lemah tak bertenaga. Ia lapar sekali, sementara hutan masih jauh.
Dengan memaksa diri, ia tiba di tepi muara sungai. Ia minum dengan rakusnya.
“Kenapa kamu pucat lutung? Kamu sakit parah?” tegur seekor ayam hutan besar yang mematuk-matuk udang di tepi
muara.
“Ya, tolong terbangkan aku ke hutan di seberang muara ini,” pinta lutung.
Ayam hutan merasa iba dan
setuju, ia terbang membawa lutung yang berpegangan erat di kakinya.
Sesampainya di hutan,
lutung tak mau melepaskan kaki ayam hutan. Ia bahkan mencabuti semua bulu ayam
hutan yang berwarna kuning keemasan itu. Sang ayam hutan pingsan karena
kesakitan. Dia sudah mati, pikir lutung. Kemudian bangkai ayam hutan
disembunyikannya di dalam semak belukar, sementara ia pergi mencari api di
dalam hutan.
Sang Ayam Hutan kemudian
sadar. Dia menangis tersedu-sedu sebab kehilangan semua bulunya. “He, kenapa badanmu, siapa yang telah mencabuti
bulu-bulumu?” tanya seekor sapi dengan heran.
Ayam hutan menceritakan
semua pengalamannya. Alangkah marahnya sapi terhadap perlakuan si lutung.
“Kurang ajar! Biarlah kuberi pelajaran lutung itu. Sembunyilah
kau di tempat lain,” ujar sapi. Ayam hutan
menurutinya.
Ketika lutung datang
membawa obor dan menanyakan di mana ayam hutan, sapi membohonginya. “Ayam hutan itu rupanya belum mati, ia
berenang ke tengah laut,” kata sapi.
Lutung meminta sapi
mengantarnya ke gundukan batu karang di tengah laut, di mana ia mengira si ayam
hutan bersembunyi. Dengan ramah sapi bersedia mengantarnya. Tanpa pikir panjang
lutung naik ke punggung sapi yang kemudian berenang ke gundukan batu karang di
tengah laut. Akan tetapi, setelah lutung loncat ke gundukan batu karan gitu,
segera sapi meninggalkannya.
“Semoga kau mampus disergap ikan gurita” ujar sapi. Lutung duduk di puncak batu karang dan menangis.
“Mengapa kamu menangis?” tegur
seekor penyu. “Aku heran, bagaimana kau
dapat ke sini”, tambah si penyu.
“Aku naik sampan, kemudian sampanku terbalik dan aku terdampar
disini,” jawab lutung berbohong.
Karena kasihan, penyu mengantarkan lutung ke pantai. Lutung naik ke punggung
penyu.
“Bagaimana kau dapat berenang dengan cepat?” tanya lutung.
“Dengan kayuhan kaki-kakiku,” jawab penyu tanpa curiga.
Ketika di pantai, lutung
ingin melihat kaki penyu. Penyu setuju dan segera tubuhnya dibalikkan oleh
lutung. Ternyata lutung segera meninggalkan penyu dalam keadaan terbalik. Ia
bermaksud mencari harimau, karena hanya harimaulah yang dapat mengeluarkan
daging penyu dari kulitnya yang keras itu.
Penyu menangis dan
berteriak-teriak minta tolong. “Mengapa
kamu?” tanya seekor tikus yang mendekat.
Penyu lalu menceritakan
pengalamannya. Tikus pun mejadi sangat marah terhadap lutung yang tak tahu
membalas budi itu. Ia bersama tikus-tikus lain menggali pasir di bawah badan
penyu, dengan harapan apabila air pasang naik penyu dapat membalikkan tubuhnya
dengan mudah.
Sementara menunggu
kedatangan lutung, tikus-tikus itu menutupi tubuh penyu dengan tubuh mereka
sendiri. Dan menari-nari sambil bersayir : “Mari
kita ikut gembira ria … bersama sang lutung yang jenaka … yang berhasil menipu
Raja Rimba … yang mengira betul ada penyu, padahal hanya kita yang ada…”
Lutung yang datang bersama
harimau sangan heran, dimanakah penyu?. Mendengar syair tikus-tikus, harimau
pun menjadi marah karena merasa ditipu.
“Mana penyu yang kau katakan itu?” geramnya. Kemudian lutung itu diterkam oleh sang Harimau,
dibawa lari kedalam hutan.
*****
Orang
yang sudah menolong kita harusnya kita berterimakasih bukan malah membalasnya
dengan hal yang tidak baik. Orang baik pasti akan ketemu dengan orang baik
pula. Yakin saja kalau kita berbuat baik dengan seseorang, pasti kita juga akan
diperlakukan baik pula walaupun yang membalas bukan dari orang yang telah kita
tolong. Dan orang yang berbuat tidak baik, pasti akan mendapat ganjaran yang
setimpal seperti sang lutung pada cerita di atas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar