Kamis, 19 Maret 2015

Burung Nuri Dan Sangkarnya (Aljazair)



Di sebuah rumah, ada burung nuri yang hidup di dalam sangkar besi yang kokoh. Dari kecil hingga dewasa, ia sudah menjadi binatang peliharaan manusia sehingga tidak tahu mengenai dunia luar. Setiap hari, yang ia lihat adalah taman di luar sangkarnya. Jika kelaparan, makanan selalu tersedia untuknya.

Pada  suatu hari, ada seekor burung kutilang hinggap di pohon dekat sangakar si nuri.


“Hai apa kabar, Nuri?” tanya si kutilang.

“Kabar baik. Apa kau ingin mencari makan?” kata si nuri.

“Ya, tetapi mengapa kau terkurung di dalam kandang besi seperti ini?” kata si kutilang.

“Ini adalah rumahku kawan. Aku bisa bebas bernyanyi. Cukup makananku dan aku akan selalu merasa aman,” kata si nuri.

“Tetapi, kau tidak memiliki kebebasan seperti yang aku miliki,” kata si kutilang.

“Aku tidak butuh kebebasan. Aku lebih nyaman dan aman di sini. Di mana rumahmu kawanku?” tanya si nuri.

“Rumahku ada di langit, di hutan, di ladang, dan di gunung. Aku pun memiliki banyak sahabat dan tidak pernah merasa kesepian. Kami semua bisa bebas terbang dan bernyanyi bersama,” kata si kutilang.

“Janganlah kau membohongi aku. Aku yakin setiap hari kau merasa kelaparan dan hidupmu merasa tidak aman karena bahaya selalu mengancam,” kata si nuri.

Si kutilang tertawa. “Baiklah jika ada kesempatan aku akan membawamu melihat indahnya dunia di luar sana,” kata si kutilang.

Suatu hari, si majikan nuri lupa untuk menutup kandang sehabis member makan. Nuri mencoba mencari kebebasan dan keindahan di luar sana. Ia terbang masuk ke dalam hutan. Ketika ia merasa lapar dan letih ia beristirahat di salah satu pohon di dalam hutan yang lebat dan gelap. Itu membuatnya menjadi takut. Si nuri pun lantas terbang kembali ke sangkar majikannya. Ia merasa sangkarnya adalah tempat paling nyaman dan aman.

Pesan moral:

Untuk beradaptasi dengan lingkungan baru, kita membutuhkan waktu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar