Kamis, 19 Maret 2015

Unta Dan Lalat (Roma Kuno)



Pagi hari, seekor unta dan majikannya akan pergi ke sebuah tempat. Untuk sampai di tempat tujuan, mereka harus melintasi padang gurun yang sangat luas. Unta membawa barang-barang milik majikannya yang sangat berat.

Tanpa unta sadari, sepanjang perjalanan, seekor lalat hinggap dan menumpang di atas punggungnya. Lalat yang biasanya terbang, kini hanya asyik duduk bagaikan ratu.

Malam pun tiba, unta dan majikannya beristirahat di sebuah penginapan. Sang majikan menuntun unta ke kandang. Satu demi satu barang bawaan yang berada di punggung unta diturunkan oleh sang majikan.

Lalat yang semula asyik duduk di atas punggung unta akhirnya terbang dan berputar-putar di depan wajah unta. Unta mengira bahwa lalat itu berasal dari kandang yang ia tempati sekarang.  


“Huh, lalat ini benar-benar tidak sopan. Apakah dia pikir aku harus memberi hormat padanya karena dia pemilik kandang ini?” pikir unta.

Namun ternyata, dengan sopan lalat menyapa unta, “Hai unta, terima kasih ya  karena telah memberikan aku tumpangan di punggungmu.”

Mendengar hal itu, unta terkejut. Tapi unta tidak berkata apa-apa, ia hanya mengedip-ngedipkan matanya sambil asyik memakan jerami. Melihat hal itu, lalat mengira unta marah padanya.

“Maafkan aku unta, mungkin berat tubuhku membuatmu menjadi sangat lelah,” ucap lalat meminta maaf.

“Oh tidak apa-apa, aku bahkan tidak tahu kalau kau berada di punggungku. Semua terasa biasa saja,” jawab unta santai.

Akhirnya, lalat terbang menjauh. Kini ia sadar bahwa dirinya sangat bodoh karena menganggap tubuhnya berat sedangkan unta sudah terbiasa mengangkat beban yang lebih berat dibandingkan dengan tubuhnya.

Pesan moral:

Komunikasi yang baik dapat menghindari terjadinya kesalahpahaman.

Singa Dan Lalat Yang Sombong (Yunani)



Ada seekor singa ganas yang memiliki kebiasaan mengaum. Aumannya sangat keras hingga mengganggu binatang-binatang lain. Meskipun begitu, tidak ada satu pun binatang yang berani menegurnya.

“Auuuuuummmmmmmmmmm,” suara singa mengaum.

“Mengapa singa itu mengaum terus? Anak-anakku jadi tidak bisa tidur karena aumannya keras sekali!” ucap induk burung merpati kesal.

“Iya, aku juga tidak bisa tidur!” ucap kelinci.

“Tapi bagaimana caranya untuk menegur singa! Kita semua tidak ada yang berani mendatanginya,” ucap tikus.

Tiba-tiba datang seekor lalat. “Aku berani, biar aku yang menghadapinya! Akan aku hentikan kesombongannya!” ucap lalat semangat.

Semua binatang sangat senang dan berharap agar lalat bisa meluluhkan kesombongan singa. Lalat kemudian pergi ke sarang singa.

“Singa, tolong aku hentikan aumanmu yang berisik itu. Tidakkah kau menyadari banyak binatang yang terganggu dengan suaramu yang keras dan terlalu sering mengaum? Di hutan ini, kau tidak tinggal sendiri. Oleh karena itu, kau harus menghargai keberadaan binatang lain yang butuh istirahat!” ucap lalat berani.

Mendengar ucapan lalat, singa menjadi sangat marah. “Berani sekali kau melarangku! Aku adalah raja hutan, tidak ada yang bisa melarangku!” ucap singa sombong.

Lalat kesal dengan kesombongan singa. Ia kemudian masuk ke dalam hidung singa. Singa merasa sakit dan gatal pada hidungnya. Singa berusaha menggaruk-garuk hidungnya, melompat ke sana-sini, tapi lalat tetap tidak keluar.

Singa akhirnya menyerah pada lalat. “Baiklah lalat, aku akan menuruti keinginanmu asalkan kau keluar dari hidungku!” ucap singa.

Lalat kemudian keluar dari hidung singa. “Baiklah, kau harus memegang janjimu. Kau tidak boleh berlaku seenaknya lagi, ya,” ucap lalat.

Singa akhirnya menuruti keinginan lalat. Ia tidak pernah mengaum terlalu sering seperti dulu. Singa pun tak lagi menjadi binatang yang sombong. Karena keberhasilan lalat, semua binatang di hutan memujinya. Lalat pun menjadi lupa diri dan sombong. Ia terbang ke sana-kemari sambil membusungkan dada.


Karena lengah dan kurang hati-hati saat terbang, lalat terkena perangkap laba-laba. Lalat pun akhirnya mati dimakan oleh laba-laba.

Pesan moral:

Jangan pernah meremehkan orang lain. Jadilah anak yang rendah hati dan suka menolong dengan ikhlas.


Lalat Yang Sombong (Roma Kuno)



Ketika semut sedang bekerja, lalat hanya terbang berputar-putar sambil menyombongkan diri. Lalat merasa dirinya adalah serangga yang paling hebat dibandingkan dengan semut.


“Semut, kau kasihan sekali ya, harus sibuk bekerja setiap hari. Memang akulah serangga yang paling hebat. Aku bisa terbang ke kuil-kuil dan terbang ke atas altar sambil mencicipi makanan para dewa. Dengan kata lain, aku makan bersama dewa,” ucap lalat.

Mendengar ucapan lalat, semut hanya diam dan tetap bekerja. “Aku bisa hinggap di kepala raja. Dan kalau aku mau, aku bisa hinggap di mahkota para putri. Kalau kamu, tidak akan bisa melakukannya semut. Saat kau merayap ke tubuh manusia, kau akan menggigit mereka, dan manusia itu akan meremasmu hingga mati,” ucap lalat.

Sambil mengepakkan sayapnya, lalat terbang berputar-putar dengan sombong. Tidak berapa lama, semut akhirnya menjawab ucapan lalat, “ketika kau berada di atas altar dan mencicipi makanan para dewa, kau tidaklah di undang. Ketika orang melihatmu di atas makanan, mereka akan menganggapmu sebagai penyakit. Mereka akan langsung mengusirmu,” ucap semut.

“Selama musim panas, aku sibuk bekerja dan menyimpan makanan. Hingga tiba ketika musim dingin, aku masih dapat hidup. Sedangkan kau lalat, jika musim dingin tiba, kau bisa mati kedinginan karena tidak punya persediaan makanan,” ucap semut lagi.

Mendengar hal itu, lalat hanya bisa terdiam. Ia  malu karena telah menyombongkan dirinya kepada semut yang justru giat bekerja.

Pesan moral:

Bekerja keraslah dari sekarang karena kamu akan mendapatkan bekal yang berguna pada masa depan.


Harimau Yang Takut Air (Cina)



Hiduplah seekor harimau di sebuah hutan yang lebat. Dalam hutan, terdapat sebuah aliran sungai yang besar sehingga membelah hutan menjadi dua sisi. Harimau tidak pernah menyeberangi sungai itu karena takut air. Ia hanya memangsa binatang-binatang yang ada di sekitarnya.

Suatu hari, harimau menangkap seekor monyet untuk ia mangsa.monyet sangat ketakutan. Ia pun berusaha mencari cara agar bisa lepas dari cengkeraman harimau.

“Kumohon Tuan Harimau, jangan makan aku. Aku punya anak, nanti kasihan anakku hidup sendirian. Lagipula tubuhku masih terlalu kurus untuk kau makan,” ucap monyet memohon.

“Ah, aku tidak peduli. Aku sudah lapar sejak tadi,” ucap harimau.

“Jika kau melepaskan aku, aku  berjanji untuk menunjukkan binatang yang dagingnya sangat lezat,” ucap monyet.

“Benarkah? Binattang apa itu?” tanya harimau penasaran.

“Binatang itu ada di seberang sungai ini, ayo kita kesana! Aku akan menunjukkannya padamu,” ucap monyet.

“Tidak, aku tidak berani menyeberangi sungai. Aku sangat takut air,” jawab harimau ketakutan.

“Kau tidak perlu khawatir Tuan Harimau, di seberang sana ada sebuah batang pohon yang tumbang ke sungai. Kita bisa menyeberang lewat pohon itu,” ucap monyet.

Harimau akhirnya mengikuti monyet. Mereka menyeberang melalui batang pohon yang tumbang. Setibanya di seberang sungai, monyet menunjukkan binatang yang ia janjikan. Tampak seekor rusa jantan yang besar dan gagah sedang asyik makan rumput.


Melihat kedatangan harimau, rusa sangat kaget. Rusa segera mencari cara untuk mengelabuhi harimau. Harimau pun sangat terkejut melihat binatang seperti rusa karena ia belum pernah melihat sebelumnya.

“Monyet, kenapa kau hanya membawa satu harimau saja? Bukankah aku meminta seratus kulit harimau!” ucap rusa dengan suara dibesarkan.

Mendengar hal itu, harimau takut bukan kepalang. Ia segera lari melewati batang pohon menyeberangi sungai. Namun karena kurang hati-hati, harimau terpeleset dan jatuh ke sungai. Harimau pun mati terbawa arus sungai yang deras.

Pesan moral:

Segeralah gunakan akalmu jika menghadapi masalah. Jadilah anak yang banyak tahu dengan banyak belajar dari berbagai pengalaman hidup.