Pagi hari, seekor unta dan majikannya akan pergi ke sebuah
tempat. Untuk sampai di tempat tujuan, mereka harus melintasi padang gurun yang
sangat luas. Unta membawa barang-barang milik majikannya yang sangat berat.
Tanpa unta sadari, sepanjang perjalanan, seekor lalat hinggap
dan menumpang di atas punggungnya. Lalat yang biasanya terbang, kini hanya
asyik duduk bagaikan ratu.
Malam pun tiba, unta dan majikannya beristirahat di sebuah
penginapan. Sang majikan menuntun unta ke kandang. Satu demi satu barang bawaan
yang berada di punggung unta diturunkan oleh sang majikan.
Lalat yang semula asyik duduk di atas punggung unta akhirnya
terbang dan berputar-putar di depan wajah unta. Unta mengira bahwa lalat itu
berasal dari kandang yang ia tempati sekarang.
“Huh, lalat ini
benar-benar tidak sopan. Apakah dia pikir aku harus memberi hormat padanya
karena dia pemilik kandang ini?” pikir unta.
Namun ternyata, dengan sopan lalat menyapa unta, “Hai unta, terima kasih ya karena telah memberikan aku tumpangan di
punggungmu.”
Mendengar hal itu, unta terkejut. Tapi unta tidak berkata
apa-apa, ia hanya mengedip-ngedipkan matanya sambil asyik memakan jerami.
Melihat hal itu, lalat mengira unta marah padanya.
“Maafkan aku unta,
mungkin berat tubuhku membuatmu menjadi sangat lelah,” ucap lalat meminta maaf.
“Oh tidak apa-apa,
aku bahkan tidak tahu kalau kau berada di punggungku. Semua terasa biasa saja,” jawab unta santai.
Akhirnya, lalat terbang menjauh. Kini ia sadar bahwa dirinya
sangat bodoh karena menganggap tubuhnya berat sedangkan unta sudah terbiasa
mengangkat beban yang lebih berat dibandingkan dengan tubuhnya.
Pesan moral:
Komunikasi yang baik dapat menghindari terjadinya
kesalahpahaman.