Berkata salah seorang
malaikat kepada kawan-kawannya yang lagi berkumpul berbincang-bincang tentang
tingkah-laku makhluk Allah, jenis manusia di atas bumi :
"Aku tidak melihat seorang manusia yang hidup di atas bumi
Allah yang lebih baik dari hamba Allah Ayyub". Ia adalah seorang mukmin
sejati ahli ibadah yang tekun. Dari rezeki yang luas dan harta kekayaan yang
diberikan oleh Allah kepadanya, ia mengenepikan sebagian untuk menolong
orang-orang yang memerlukan, para fakir miskin. Hari-harinya terisi penuh
dengan ibadah, sujud kepada Allah dan bersyukur atas segala nikmat dan karunia
yang diberikan kepadanya."
Para kawanan malaikat
yang mendengarkan kata-kata pujian dan sanjungan untuk diri Ayyub mengakui
kebenaran itu bahkan masing-masing menambahkan lagi dengan menyebut beberapa
sifat dan tabiat yang lain yang ada pada diri Ayyub.
Percakapan para malaikat
yang memuji-muji Ayyub itu didengar oleh Iblis yang sedang berada tidak jauh
dari tempat mereka berkumpul. Iblis merasa panas hati dan jengkel mendengar
kata-kata pujian bagi seseorang dari keturunan Adam yang ia telah bersumpah
akan disesatkan ketika ia dikeluarkan dari syurga kerananya. Ia tidak rela
melihat seorang dari anak cucu anak Nabi Adam menjadi seorang mukmin yang baik,
ahli ibadah yang tekun dan melakukan amal soleh sesuai dengan perintah dan
petunjuk Allah.
Pergilah Iblis mendatangi
Ayyub untuk menyatakan sendiri sampai sejauh mana kebenaran kata-kata pujian
para malaikat itu kepada diri Ayyub. Ternyata memang benar Ayyub patut mendapat
segala pujian itu. Ia mendatangi Ayyub bergelimpangan dalam kenikmatan duniawi,
tenggelam dalam kekayaan yang tidak ternilai besarnya, mengepalai keluarga yang
besar yang hidup rukun, damai dan bakti. Ia mendapati Ayyub tidak tersilau
matanya oleh kekayaan yang ia miliki dan tidak tergoyahkan imannya oleh
kenikmatan duniawinya. Siang dan malam ia sentiasa menemui Ayyub berada di
mihrabnya melakukan solat, sujud dan tasyakur kepada Allah atas segala
pemberian-Nya. Mulutnya tidak berhenti menyebut nama Allah berzikir, bertasbih
dan bertahmid. Ayyub ditemuinya sebagai seorang yang penuh kasih sayang
terhadap sesama makhluk Allah yang lemah, yang lapar diberinya makan, yang
telanjang diberinya pakaian, yang bodoh diajar dan dipimpin dan yang salah
ditegur.
Iblis gagal dalam
usahanya membujuk Ayyub. Telinga Ayyub pekak terhadap segala bisikannya dan
fitnahannya dan hatinya yang sudah penuh dengan iman dan takwa tidak ada tempat
lagi bagi bibit-bibit kesesatan yang ditaburkan oleh Iblis. Cinta dan taatnya
kepada Allah merupakan benteng yang ampuh terhadap serangan Iblis dengan peluru
kebohongan dan pemutar-balikan kebenaran yang semuanya mental tidak mendapatkan
sasaran pada diri Ayyub.
Akan tetapi Iblis
bukanlah Iblis jika ia berputus asa dan kegagalannya memujuk Ayyub secara
langsung. Ia pergi menghadapi kepada Allah untuk menghasut. Ia berkata :
"Wahai Tuhan, sesungguhnya Ayyub yang menyembah dan
memuji-muji-Mu, bertasbih dan bertahmid menyebut nama-Mu, ia tidak berbuat
demikian seikhlas dan setulus hatinya kerana cinta dan taat pada-Mu. Ia
melakukan itu semua dan berlaku sebagai hamba yang soleh tekun beribadah
kepada-Mu hanya kerana takut akan kehilangan semua kenikmatan duniawi yang
telah Engkau karuniakan kepadanya. Ia takut, jika ia tidak berbuat demikian, bahwa
engkau akan mencabut daripadanya segala nikmat yang telah ia perolehnya berupa
puluhan ribu hewan ternakan, beribu-ribu hektar tanah ladang, berpuluh-puluh
hamba sahaya dan pembantu serta keluarga dan putera-puteri yang soleh dan
bakti. Tidakkah semuanya itu patut disyukuri untuk tidak terlepas dari
pemilikannya dan habis terkena musibah? Di samping itu Ayyub masih mengharapkan
agar kekayaannya bertambah menjadi berlipat ganda. Untuk tujuan dan maksud
itulah Ayyub mendekatkan diri kepada-Mu dengan ibadah dan amal-amal solehnya
dan andai kata ia terkena musibah dan kehilangan semua yang ia miliki, nescaya
ia akan mengubah sikapnya dan akan melalaikan kewajibannya beribadah
kepada-Mu."
Allah berfirman kepada
Iblis :
"Sesungguhnya Ayyub adalah seorang hamba-Ku yang sangat
taat kepada-Ku, ia seorang mukmin sejati, apa yang ia lakukan untuk mendekati
dirinya kepada-Ku adalah semata-mata didorong oleh iman yang teguh dan taat
yang bulat kepada-Ku. Iman dan takwa yang telah meresap di dalam lubuk hatinya
serta menguasai seluruh jiwa raganya tidak akan tergoyah oleh perubahan keadaan
duniawinya. Cintanya kepada-Ku yang telah menjiwai amal ibadah dan kebajikannya
tidak akan menurun dan menjadi kurang, musibah apa pun yang akan melanda dalam
dirinya dan harta kekayaannya. Ia yakin seyakin-yakinnya bahwa apa yang ia
miliki adalah pemberian-Ku yang sewaktu-waktu dapat Aku cabut daripadanya atau
menjadikannya bertambah berlipat ganda. Ia bersih dari semua tuduhan dan
prasangkamu. Engkau memang tidak rela melihat hamba-hamba-Ku anak cucu Adam
berada di atas jalan yang benar, lurus dan tidak tersesat. Dan untuk
menguji keteguhan hati Ayyub dan kebulatan imannya kepada-Ku dan kepada
takdir-Ku, Aku izinkan engkau untuk mencuba menggodanya serta memalingkannya
daripada-Ku. Kerahkanlah pembantu-pembantumu menggoda Ayyub melalui harta
kekayaannya dan keluarganya. Cuba binasakanlah harta kekayaannya dan
cerai-beraikanlah keluarganya yang rukun dan bahagia itu dan lihatlah sampai di
mana kebolehanmu menyesatkan dan merusakkan iman hamba-Ku Ayyub itu."
Dikumpulkanlah oleh Iblis
syaitan-syaitan, pembantunya, diberitahukan bahwa ia telah mendapatkan izin
dari Tuhan untuk mengganyang ayyub, merusak aqidah dan imannya dan
memalingkannya dari Tuhannya yang ia sembah dengan sepenuh hati dan keyakinan.
Jalannya ialah dengan memusnahkan harta kekayaannya sehingga ia menjadi seorang
yang papa dan miskin, mencerai-beraikan keluarganya sehingga ia menjadi
sebatang kara tidak berkeluarga, Iblis berseru kepada pembantu-pembantunya itu
agar melaksanakan tugas penyesatan Ayyub sebaik-baiknya dengan segala daya dan
siasat apa saja yang mereka dapat lakukan.
Dengan berbagai cara
gangguan, akhirnya berhasillah kawanan syaitan itu menghancurkan-luluhkan
kekayaan Ayyub, yang dimulai dengan hewan-hewan ternakannya yang bergelimpangan
mati satu persatu sehingga habis sama sekali, kemudian disusul ladang-ladang
dan kebun-kebun tanamannya yang rusak menjadi kering dan gedung-gedungnya yang
terbakar habis dimakan api, sehingga dalam waktu yang sangat singkat sekali
Ayyub yang kaya-raya tiba-tiba menjadi seorang papa miskin tidak memiliki
selain hatinya yang penuh iman dan takwa serta jiwanya yang besar.
Setelah berhasil
menghabiskan kekayaan dan harta milik Ayyub datanglah Iblis kepadanya
menyerupai sebagai seorang tua yang tampak bijaksana dan berpengalaman dan
berkata:
"Sesungguhnya musibah yang menimpa dirimu sangat dahsyat
sekali sehingga dalam waktu yang begitu sempit telah habis semua kekayaanmu dan
hilang semua harta kekayaan milikmu. Kawan-kawanmu merasa sedih sedang
musuh-musuhmu bersenang hati dan gembira melihat penderitaan yang engkau alami
akibat musibah yang susul-menyusul melanda kekayaan dan harta milikmu. Mereka
bertanya-tanya, gerangan apakah yang menyebabkan Ayyub tertimpa musibah yang
hebat itu yang menjadikannya dalam sekelip mata kehilangan semua harta
miliknya. Sementara orang dari mereka berkata bahwa mungkin kerana Ayyub tidak
ikhlas dalam ibadah dan semua amal kebajikannya dan ada yang berkata bahwa
andaikan Allah, Tuhan Ayyub, benar-benar berkuasa, nescaya Dia dapat
menyelamatkan Ayyub dari malapetaka, mengingat bahwa ia telah menggunakan
seluruh waktunya beribadah dan berzikir, tidak pernah melanggar perintah-Nya.
Seorang lain menggunjing dengan mengatakan bahwa mungkin amal ibadah Ayyub
tidak diterima oleh Tuhan, kerana ia tidak melakukan itu dari hati yang bersih
dan sifat ria dan ingin dipuji dan banyak lagi cerita-cerita orang tentang
kejadian yang sangat menyedihkan itu. Akupun menaruh simpati kepadamu, hai
Ayyub dan turut bersedih hati dan berdukacita atas nasib yang buruk yang engkau
telah alami."
Iblis yang menyerupai
sebagai orang tua itu - mengakhiri kata-kata hasutannya seraya memperhatikan
wajah Ayyub yang tetap tenang berseri-seri tidak menampakkan tanda-tanda
kesedihan atau sesalan yang ingin ditimbulkan oleh Iblis dengan kata-kata
racunnya itu. Ayyub berkata kepadanya :
"Ketahuilah bahwa apa yang aku telah miliki berupa harta
benda, gedung-gedung, tanah ladang dan hewan ternakan serta lain-lainnya
semuanya itu adalah barangan titipan Allah yang diminta-Nya kembali setelah aku
cukup menikmatinya dan memanfaatkannya sepanjang masa atau ibarat barang
pinjaman yang diminta kembali oleh tuannya jika saatnya telah tiba. Maka segala
syukur dan puji bagi Allah yang telah memberikan karuniaan-Nya kepadaku dan
mencabutnya kembali pula dari siapa yang Dia kehendaki dan mencabutnya pula
dari siapa saja yang Dia suka. Dia adalah yang Maha Kuasa mengangkat derajat
seseorang atau menurunkannya menurut kehendak-Nya. Kami sebagai hamba-hamba
makhluk-Nya yang lemah patut berserah diri kepada-Nya dan menerima segala
qadha' dan takdir-Nya yang kadang kala kami belum dapat mengerti dan menangkap
hikmah yang terkandung dalam qadha' dan takdir-Nya itu."
Selesai mengucapkan
kata-kata jawabnya kepada Iblis yang sedang duduk tercenggang di depannya,
menyungkurlah Ayyub bersujud kepada Allah memohon ampun atas segala dosa dan
keteguhan iman serta kesabaran atas segala cubaan dan ujian-Nya.
Iblis segera meninggalkan
rumah Ayyub dengan rasa kecewa bahwa racun hasutannya tidak termakan oleh hati
hamba Allah yang bernama Ayyub itu. Akan tetapi Iblis tidak akan pernah
berputus asa melaksanakan sumpah yang ia telah nyatakan di hadapan Allah dan
malaikat-Nya bahwa ia akan berusaha menyesatkan Bani Adam di mana saja mereka
berada. Ia merencanakan melanjutkan usaha gangguan dan godaannya kepada Ayyub
lewat penghancuran keluarganya yang sedang hidup rukun, damai dan saling hidup
cinta mencintai dan harga menghargai. Iblis datang lagi menghadap kepada Tuhan
dan meminta izin meneruskan usahanya mencuba Ayyub. Berkata ia kepada Tuhan:
"Wahai Tuhan, Ayyub tidak termakan oleh hasutanku dan
sedikit pun tidak goyah iman dan aqidahnya kepada-Mu meski pun ia sudah
kehilangan semua kekayaannya dan kembali hidup papa dan miskin kerana ia masih
mempunyai putera-putera yang cekap yang dapat ia andalkan untuk mengembalikan
semua yang hilang itu dan menjadi sandaran serta tumpuan hidupnya di hari
tuanya. Menurut perkiraanku, Ayyub tidak akan bertahan jika musibah yang
mengenai harta kekayaannya mengenai keluarganya pula, apa lagi bila ia sangat
sayang dan mencintai, maka izinkanlah aku mencuba kesabarannya dan keteguhannya
kali ini melalui godaan yang akan aku lakukan terhadap keluarganya dan
putera-puteranya yang ia sangat sayang dan cintai itu."
Allah meluluskan
permintaan Iblis itu dan berfirman:
"Aku mengizinkan engkau mencuba sekali lagi menggoyahkan
hati Ayyub yang penuh iman, tawakkal dan kesabaran itu dengan caramu yang lain,
namun ketahuilah bahwa engkau tidak akan berhasil mencapai tujuanmu melemahkan
iman Ayyub dan menipiskan kepercayaannya kepada-Ku."
Iblis lalu pergi bersama
pembantu-pembantunya menuju tempat tinggal putera-putera Ayyub di suatu gedung
yang penuh dengan sarana-sarana kemewahan dan kemegahan, lalu digoyangkanlah
gedung itu hingga roboh berantakan menjatuhi dan menimbuni seluruh penghuninya.
Kemudian cepat-cepatlah pergi Iblis mengunjungi Ayyub di rumahnya, menyerupai
sebagai seorang dari kawan-kawan Ayyub, yang datang menyampaikan takziah dan
menyatakan turut berdukacita atas musibah yang menimpa puteranya. Ia berkata
kepada Ayyub dalam takziahnya:
"Hai Ayyub, sudahkah engkau melihat putera-puteramu yang
mati tertimbun di bawah runtuhan gedung yang roboh akibat gempa bumi? Kiranya,
wahai Ayyub, Tuhan tidak menerima ibadahmu selama ini dan tidak melindungimu
sebagai imbalan bagi amal solehmu dan sujud rukukmu siang dan malam."
Mendengar kata-kata Iblis
itu, menangislah Ayyub tersedu-sedu seraya berucap:
"Allahlah yang memberi dan Dia pulalah yang mengambil
kembali. Segala puji bagi-Nya, Tuhan yang Maha Pemberi dan Maha Pencabut."
Iblis keluar meninggalkan
Ayyub dalam keadaan bersujud munajat dengan rasa jengkel dan marah kepada
dirinya sendiri kerana telah gagal untuk kedua kalinya membujuk dan menghasut
Ayyub. Ia pergi menghadap Tuhan dan berkata:
"Wahai Tuhan, Ayyub sudah kehilangan semua harta benda dan
seluruh kekayaannya dan hari ini ia ditinggalkan oleh putera-puteranya yang
mati terbunuh di bawah runtuhan gedung yang telah kami hancurkan, namun ia
masih tetap dalam keadaan mentalnya yang kuat dan sihat. Ia hanya menangis
tersedu-sedu namun batinnya, jiwanya, iman dan kepercayaannya kepada-Mu tidak
tergoyah sama sekali. Izinkan aku mencubanya kali ini mengganggu kesihatan
bandanya dan kekuatan fizikalnya, kerana jika ia sudah jatuh sakit dan
kekuatannya menjadi lumpuh, nescaya ia akan mulai malas melakukan ibadah dan
lama-kelamaan akan melalaikan kewajibannya kepada-Mu dan menjadi lunturlah iman
dan akidahnya."
Allah tetap menentang
Iblis bahwa ia tidak akan berhasil dalam usahanya menggoda Ayyub walau
bagaimana pun besarnya musibah yang ditimpakan kepadanya dan bagaimana pun
beratnya cubaan yang dialaminya. Kerana Allah telah menetapkan dia menjadi
teladan kesabaran, keteguhan iman dan ketekunan beribadah bagi hamba-hamba-Nya.
Allah berfirman kepada Iblis:
"Bolehlah engkau mencuba lagi usahamu mengganggu kesihatan
badan dan kekuatan fizikal Ayyub. Aku akan lihat sejauh mana kepandaianmu
mengganggu dan menghamba pilihan-Ku ini."
Iblis lalu memerintahkan
kepada anak buahnya agar menaburkan benih-benih baksil penyakit ke dalam tubuh
Ayyub. Baksil-baksil yang ditaburkan itu segera mengganyang kesihatan Ayyub
yang menjadikan ia menderita berbagai-bagai penyakit, demam panas, batuk dan
lain-lain lagi sehingga menyebabkan badannya makin lama makin kurus, tenaganya
makin lemah dan wajahnya menjadi pucat tidak berdarah dan kulitnya menjadi
berbintik-bintik. Ianya akhir dijauhi oleh orang-orang sekampungnya dan oleh
kawan-kawan dekatnya, kerana penyakit Ayyub dapat menular dengan cepatnya
kepada orang-orang yang menyentuhnya atau mendekatinya. Ia menjadi terasing
daripada pergaulan orang di tempatnya dan hanya isterinyalah yang tetap
mendampinginya, merawatnya dengan penuh kesabaran dan rasa kasih sayang,
melayani segala keperluannya tanpa mengeluh atau menunjukkan tanda kesal hati
dari penyakit suaminya yang tidak kunjung sembuh itu.
Iblis memperhatikan Ayyub
dalam keadaan yang sudah amat parah itu tidak meninggalkan adat kebiasaannya,
ibadahnya, zikirnya, ia tidak mengeluh, tidak bergaduh, ia hanya menyebut nama
Allah memohon ampun dan lindungan-Nya bila ia merasakan sakit. Iblis merasa
kesal hati dan jengkel melihat ketabahan hati Ayyub menanggung derita dan
kesabarannya menerima berbagai musibah dan ujian. Iblis kehabisan akal, tidak
tahu apa usaha lagi yang harus diterapkan bagi mencapai tujuannya merusakkan
aqidah dan iman Ayyub. Ia lalu meminta bantuan fikiran dari para kawan-kawan
pembantunya, apa yang harus dilakukan lagi untuk menyesatkan Ayyub setelah
segala usahanya gagal tidak mencapai sasarannya.
Bertanya mereka
kepadanya:
"Di manakah kepandaianmu dan tipu dayamu yang ampuh serta
kelincinanmu menyebar benih was-was dan ragu ke dalam hati manusia yang
biasanya tidak pernah sia-sia?"
Seorang pembantu lain
berkata:
"Engkau telah berhasil mengeluarkan Adam dari syurga,
bagaimanakah engkau lakukan itu semuanya sampai berhasilnya tujuanmu itu?"
"Dengan memujuk isterinya", jawab Iblis.
"Jika demikian"
berkata syaitan itu kembali, "Laksanakanlah
siasat itu dan terapkanlah terhadap Ayyub, hembuskanlah racunmu ke telinga
isterinya yang tampak sudah agak kesal merawatnya, namun masih tetap patuh dan
setia."
"Benarlah dan tepat fikiranmu itu," kata Iblis,
"Hanya tinggal itulah satu-satu jalan yang belum aku cuba.
Pasti kali ini dengan cara menghasut isterinya aku akan berhasil melaksanakan
akan maksudku selama ini."
Dengan rencana barunya
pergilah Iblis mendatangi isteri Ayyub, menyamar sebagai seorang kawan lelaki
yang rapat dengan suaminya. Ia berkata kepada isteri Ayyub:
"Apa khabar dan bagaimana keadaan suamimu di ketika
ini?"
Seraya mengarahkan jari
telunjuknya ke arah suaminya, berkata isteri Ayyub kepada Iblis itu, tamunya:
"Itulah dia terbaring menderita kesakitan, namun mulutnya
tidak henti-hentinya berzikir menyebut nama Allah. Ia masih berada dalam
keadaan parah, mati tidak hidup pun tidak."
Kata-kata isteri Ayyub
itu menimbulkan harapan bagi Iblis bahwa ia kali ini akan berhasil maka
diingatkanlah isteri Ayyub akan masa mudanya di mana ia hidup dengan suaminya
dalam keadaan sihat, bahagia dan makmur dan dibawakannyalah kenang-kenangan dan
kemesraan. Kemudian keluarlah Iblis dari rumah Ayyub meninggalkan isteri Ayyub
duduk termenung seorang diri, mengenangkan masa lampaunya, masa kejayaan
suaminya dan kesejahteraan hidupnya, membanding-bandingkannya dengan masa di
mana berbagai penderitaan dan musibah dialaminya, yang dimulai dengan musnahnya
kekayaan dan harta-benda, disusul dengan kematian puteranya, dan kemudian yang
terakhirnya diikuti oleh penyakit suaminya yang parah yang sangat menjemukan
itu. Isteri Ayyub merasa kesepian berada di rumah sendirian bersama suaminya
yang terbaring sakit, tiada sahabat tiada kerabat, tiada handai, tiada taulan, semua
menjauhi mereka kerana khuatir kejangkitan penyakit kulit Ayyub yang menular
dan menjijikkan itu.
Seraya menarik nafas
panjang datanglah isteri Ayyub mendekati suaminya yang sedang menderita
kesakitan dan berbisik-bisik kepadanya berkata:
"Wahai sayangku, sampai bilakah engkau terseksa oleh
Tuhanmu ini? Di manakah kekayaanmu, putera-puteramu, sahabat-sahabatmu dan
kawan-kawan terdekatmu? Oh, alangkah syahdunya masa lampau kami, usia muda,
badan sihat, sarana kebahagiaan dan kesejahteraan hidup tersedia dikelilingi
oleh keluarga dan terulang kembali masa yang manis itu? Mohonlah wahai Ayyub
dari Tuhanmu, agar kami dibebaskan dari segala penderitaan dan musibah yang
berpanjangan ini."
Berkata Ayyub menjawab
keluhan isterinya:
"Wahai isteriku yang kusayangi, engkau menangisi
kebahagiaan dan kesejahteraan masa yang lalu, menangisi anak-anak kita yang
telah mati diambil oleh Allah dan engkau minta aku memohon kepada Allah agar
kami dibebaskan dari kesengsaraan dan penderitaan yang kami alami masa kini. Aku
hendak bertanya kepadamu, berapa lama kami tidak menikmati masa hidup yang
mewah, makmur dan sejahtera itu?"
"Lapan puluh tahun", jawab
isteri Ayyub.
"Lalu berapa lama kami telah hidup dalam penderitaan
ini?" tanya lagi Ayyub.
"Tujuh tahun", jawab
si isteri.
"Aku malu", Ayyub
melanjutkan jawabannya, "memohon
dari Allah membebaskan kami dari sengsaraan dan penderitaan yang telah kami
alami belum sepanjang masa kejayaan yang telah Allah karuniakan kepada kami.
Kiranya engkau telah termakan hasutan dan bujukan syaitan, sehingga mulai
menipis imanmu dan berkesal hati menerima taqdir dan hukum Allah. Tunggulah
ganjaranmu kelak jika aku telah sembuh dari penyakitku dan kekuatan badanku
pulih kembali. Aku akan mencambukmu seratus kali. Dan sejak detik ini aku
haramkan diriku makan dan minum dari tanganmu atau menyuruh engkau melakukan
sesuatu untukku. Tinggalkanlah aku seorang diri di tempat ini sampai Allah
menentukan taqdir-Nya."
Setelah ditinggalkan oleh
isterinya yang diusir, maka Nabi Ayyub tinggal seorang diri di rumah, tiada
sanak saudara, tiada anak dan tiada isteri. Ia bermunajat kepada Allah dengan
sepenuh hati memohon rahmat dan kasih sayang-Nya. Ia berdoa:
"Wahai Tuhanku, aku telah diganggu oleh syaitan dengan
kepayahan dan kesusahan serta seksaan dan Engkaulah wahai Tuhan Yang Maha
Pengasih dan Maha Penyayang."
Allah menerima doa Nabi
Ayyub yang telah mencapai puncak kesabaran dan keteguhan iman serta berhasil
memenangkan perjuangannya melawan hasutan dan bujukan Iblis. Allah mewahyukan
firman kepadanya:
"Hantamkanlah kakimu ke tanah. Dari situ air akan memancur
dan dengan air itu engkau akan sembuh dari semua penyakitmu dan akan pulih
kembali kesihatan dan kekuatan badanmu jika engkau gunakannya untuk minum dan
mandimu."
Dengan izin Allah setelah
dilaksanakan petunjuk Illahi itu, sembuhlah segera Nabi Ayyub dari penyakitnya,
semua luka-luka kulitnya menjadi kering dan segala rasa pedih hilang,
seolah-olah tidak pernah terasa olehnya. Ia bahkan kembali menampakkan lebih
sihat dan lebih kuat daripada sebelum ia menderita.
Dalam pada itu isterinya
yang telah diusir dan meninggalkan dia seorang diri di
tempat tinggalnya yang
terasing, jauh dari jiran, jauh dari keramaian kota, merasa tidak sampai hati
lebih lama berada jauh dari suaminya, namun ia hampir tidak mengenalnya
kembali, kerana bukanlah Ayyub yang ditinggalkan sakit itu yang berada
didepannya, tetapi Ayyub yang muda belia, segar bugar, sihat afiat seakan-akan
tidak pernah sakit dan menderita. Ia segera memeluk suaminya seraya bersyukur
kepada Allah yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya mengembalikan
kesihatan suaminya bahkan lebih baik daripada keadaan asalnya.
Nabi Ayyub telah
bersumpah sewaktu ia mengusir isterinya akan mencambuknya seratus kali bila ia
sudah sembuh. Ia merasa wajib melaksanakan sumpahnya itu, namun merasa kasihan
kepada isterinya yang sudah menunjukkan kesetiaannya dan menyekutuinya di dalam
segala duka dan deritanya. Ia bingung, hatinya terumbang-ambingkan oleh dua
perasaan, ia merasa berwajiban melaksanakan sumpahnya, tetapi isterinya yang
setia dan bakti itu tidak patut, kata hatinya, menjalani hukuman yang seberat
itu. Akhirnya Allah memberi jalan keluar baginya dengan firman-Nya:
"Hai Ayyub, ambillah
dengan tanganmu seikat rumput dan cambuklah isterimu dengan rumput itu seratus
kali sesuai dengan sesuai dengan sumpahmu, sehingga dengan demikian tertebuslah
sumpahmu."
Nabi Ayyub dipilih oleh
Allah sebagai nabi dan teladan yang baik bagi hamba-hamba_Nya dalam hal
kesabaran dan keteguhan iman sehingga kini nama Ayyub disebut orang sebagai simbul
kesabaran. Orang menyatakan, si Fulan memiliki kesabaran Ayyub dan sebagainya.
Dan Allah telah membalas kesabaran dan keteguhan iman Ayyub bukan saja dengan
memulihkan kembali kesihatan badannya dan kekuatan fizikalnya kepada keadaan
seperti masa mudanya, bahkan dikembalikan pula kebesaran duniawinya dan
kekayaan harta-bendanya dengan berlipat gandanya. Juga kepadanya dikaruniakan
lagi putera-putera sebanyak yang telah hilang dan mati dalam musibah yang ia
telah alami. Demikianlah rahmat Tuhan dan karunia-Nya kepada Nabi Ayyub yang
telah berhasil melalui masa ujian yang berat dengan penuh sabar, tawakkal dan
beriman kepada Allah.
Kisah Ayyub di atas dapat
dibaca dalam Al-Quran surah Shaad ayat 41 hingga ayat 44 dan surah Al-Anbiaa'
ayat 83 dan 84.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar